Jepang masih menjadi pemegang terbesar surat utang Amerika Serikat (AS) US Treasury, menurut data terbaru yang dirilis pada 16 April 2025.
Menurut data yang dirilis Departemen Keuangan AS, kepemilikan Jepang pada US Treasury mencapai US$ 1,12 triliun.
Kepemilikan Jepang ini merupakan angka tertinggi secara bulanan sejak Mei 2024.Kepemilikan Jepang pada US Treasury naik dalam dua bulan berturut-turut.
Menurut Departemen Keuangan AS, terjadi net buy atau beli bersih seluruh instrumen surat utang negara AS total US$ 284,7 miliar.
"Dari total angka ini, aliran dana amsuk dari investor swasta mencapai US$ 229,3 miliar dan dari lembaga negara asing US$ 55,4 miliar," ungkap Departemen Keuangan AS dalam siaran pers.
Tak cuma Jepang, China juga menambah kepemilikan pada US Treasury dalam dua bulan beruntun hingga Februari 2025, sebelum Presiden AS Donald Trump mengumumkan secara resmi tarif baru pada awal April 2025.
Per Februari 2025, kepemilikan China pada US Treasury mencapai US$ 784,3 miliar. Ini adalah posisi tertinggi kepemilikan China sejak Februari 2024 atau dalam 13 bulan terakhir.
Meski kepemilikan China meningkat, secara tren jangka panjang, kepemilikan China pada US Treasury cenderung turun.
China pernah menjadi pemegang terbesar US Treasury hingga Mei 2019 lalu. Saat itu, kepemilikan China pada US Treasury mencapai US$ 1,11 triliun.
Puncak tertinggi kepemilikan China pada US Treasury tercatat pada November 2013. Saat itu, kepemilikan China mencapai US$ 1,32 triliun pada US Treasury.
Dari 10 negara dengan kepemilikan terbesar US Treasury peningkatan juga terjadi pada Inggris, Kanada, Belgia, Prancis, Irlandia, dan Taiwan.
Sementara penurunan terjadi di Luksemburg dan Kepulauan Cayman. Swiss yang kini berada di peringkat 11 kepemilikan terbesar, mengurangi posisi US Treasury.
Kepemilikan Swiss pada US Treasury mencapai US$ 290,8 miliar. Angka ini merupakan angka terendah sejak Agustus 2024.
Secara total, kepemilikan asing pada US Treasury per Februari 2025 mencapai US$ 8,82 triliun.