Dana Kelolaan Reksadana Melonjak Tajam pada Oktober 2025, Reksadana Risiko Rendah Paling Diminati
JAKARTA – Industri reksadana mencatat lonjakan dana kelolaan yang signifikan pada Oktober 2025. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), total dana kelolaan atawa asset under management (AUM) reksadana mencapai Rp 621,68 triliun, naik tajam dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar Rp 581,17 triliun. Kenaikan sekitar Rp 40 triliun ini menjadi peningkatan bulanan tertinggi sepanjang tahun 2025.
Kenaikan dana kelolaan terjadi di hampir seluruh jenis reksadana, dengan pertumbuhan paling menonjol pada reksadana saham dan reksadana pendapatan tetap. Reksadana saham meningkat seiring penguatan pasar modal domestik dan arus masuk investor ritel yang mulai aktif kembali. Sementara itu, reksadana pendapatan tetap tetap menjadi pilihan utama investor konservatif di tengah stabilnya imbal hasil obligasi pemerintah.
Tren pertumbuhan dana kelolaan ini sebenarnya sudah terlihat sejak pertengahan tahun. Setelah sempat turun ke level Rp 493,96 triliun pada Februari 2025, industri reksadana mulai pulih secara bertahap dan terus mencatatkan kenaikan hingga mencapai puncaknya di Oktober.
Kenaikan signifikan pada Oktober juga didorong oleh meningkatnya kepercayaan investor terhadap stabilitas ekonomi Indonesia, termasuk ekspektasi suku bunga yang lebih rendah pada kuartal keempat. Selain itu, kampanye investasi dari manajer investasi dan platform digital turut memperluas basis investor ritel di pasar reksadana.
Meski naik tajam, peningkatan terutama terjadi pada jenis reksadana dengan risiko rendah seperti reksadana terproteksi, reksadana pasar uang, dan reksadana pendapatan tetap
Total AUM reksadana pendapatan tetap telah menembus lebih dari Rp 200 triliun sejak September 2025. Peningkatan tajam di reksadana terproteksi juga terjadi sejak bulan September.
Sedangkan peningkatan dana kelolaan di reksadana pasar uang melaju kencang sejak bulan Juni denga peningkatan sekitar Rp 6 triliun. Pada Oktober 2025, penambahan AUM reksadana pasar uang bahkan mencapai lebih dari Rp 10 triliun.