AS Naikkan dan Turunkan Tarif Impor Sejumlah Negara, Ini Dampaknya Bagi Perdagangan Global
Amerika Serikat (AS) secara resmi mengumumkan penyesuaian tarif impor terhadap sejumlah negara pada 7 Juli 2025. Kebijakan ini menjadi bagian dari strategi baru AS dalam meninjau ulang hubungan dagang global secara selektif.
Dalam daftar terbaru, beberapa negara mengalami kenaikan tarif impor secara signifikan, sementara negara lainnya justru mendapatkan penurunan tarif yang membuka peluang ekspor lebih luas ke pasar AS.
Tarif Impor dari Brasil Naik Tinggi dari 10% menjadi 50%
Langkah paling mencolok datang dari tarif impor terhadap Brasil, yang naik drastis dari 10% menjadi 50%. Lonjakan ini mencerminkan sinyal kuat dari AS bahwa hubungan dagang dengan negara tersebut tengah mengalami penyesuaian besar-besaran.
Tak cuma dari sisi ekonomi, kenaikan tarif ini juga dianggap merupakan langkah politik dari Presiden AS Donald Trump untuk negara Amerika Selatan terbesar ini. Keterlibatan Brasil dalam BRICS yang mengampanyekan dedolarisasi menambah panas hubungan kedua negara.
Selain Brasil, Kanada juga mengalami peningkatan tarif, dari 25% menjadi 35%, sebuah kebijakan yang cukup mengejutkan mengingat statusnya sebagai mitra dagang utama AS.
Panasnya tensi hubungan kedua negara sudah terasa sejak pengumuman tarif April lalu. Turis dari Kanada berkurang jauh di AS. Perdana Menteri Kanada Mark Carney tidak tunduk dan langsung bernegosiasi dengan AS.
Carney justru bernegosiasi dan membuka hubungan dagang dengan pihak-pihak lain, terutama di Eropa untuk mengantisipasi potensi penurunan ekspor.
Negara-Negara Asia Mendapatkan Penurunan Tarif
Beberapa negara Asia justru memperoleh kabar baik dengan penurunan tarif impor dari AS. Negara-negara tersebut meliputi:
Laos: turun dari 48% menjadi 40%
Myanmar: 44% → 40%
Kamboja: 49% → 36%
Srilanka: 44% → 30%
Filipina: 20% → 17%
Penurunan tarif ini diyakini akan mendorong peningkatan ekspor dari kawasan Asia Tenggara dan Asia Selatan ke Amerika Serikat, terutama di sektor tekstil, elektronik, dan komoditas pertanian.
Indonesia dan Thailand Masuk dalam Daftar Negara dengan Tarif Tetap
Beberapa negara lainnya, termasuk Indonesia (32%) dan Thailand (36%), tidak mengalami perubahan tarif. Padahal, Indonesia langsung mengirim delegasi untuk bernegosiasi dengan pemerintah AS segera setelah pengumuman tarif resiprokal pada April 2025 lalu.
Tidak adanya perubahan tarif di tengah penurunan yang terjadi di sejumlah negara menunjukkan bahwa negosiasi perdagangan Indonesia tidak ampuh. Artinya pemerintah perlu menempuh cara lain untuk menurunkan tarif, atau mencari pasar ekspor baru di luar AS.