Kepemilikan Surat Berharga Negara (SBN) yang dapat diperdagangkan per 14 Mei 2025 menunjukkan distribusi yang mencerminkan peran aktif berbagai jenis institusi di pasar keuangan domestik, baik dari sektor perbankan, pemerintah, hingga investor non-bank.
Pada pekan kedua bulan Mei, investor asing juga terus mengakumulasi SBN. Bahkan, kepemilikan SBN oleh investor asing kembali mencapai Rp 906,96 triliun. Ini adalah level tertinggi yang terlihat sejak tahun 2021.
Kepemilikan investor asing pada instrumen SBN, baik itu surat utang negara (SUN) maupun sukuk negara terus bertambah setelah terus jatuh pada tahun 2022.
Kepemilikan asing pada SBN menurun ketika pandemi Covid-19 menyebar di tahun 2020 hingga 2022. Pada tahun 2023, investor asing kembali menambah kepemilikan hingga saat ini.
Secara jangka pendek, kepemilikan asing pada SBN memang dipengaruh oleh suku bunga baik di Amerika Serikat (AS) dan Indonesia. Ada juga pengaruh perang dagang yang menyeruak pada awal April 2025.
Tetapi, dalam waktu bulanan, kepemilikan asing tahun 2025 cenderung terus bertambah. Sementara porsi kepemilikan asing pada SBN justru turun. Pada akhir 2020, porsi kepemilikan asing pada SBN masih mencapai 25,16% yang merupakan terbesar kedua setelah bank, yakni 35,54%.
Pada 14 Mei 2025, porsi kepemilikan asing terhadap total SBN yang dapat ditransaksikan hanya 14,38%, terbesar keempat setelah Bank Indonesia, bank, serta industri asuransi dan dana pensiun.
Kondisi berkebalikan terjadi pada perbankan. Bank, baik konvensional maupun syariah yang justru terus menambah kepemilikan SBN saat pandemi, terus mengurangi paparan pada surat uang yang diterbitkan oleh pemerintah.
Kepemilikan bank menurun sejak 2022 hingga data terakhir yang disajikan oleh Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan per 14 Mei 2025.
Porsi kepemilikan bank pada pertengahan Mei 2025 hanya 17,08%. Angka ini turun jauh ketimbang 35,54% pada akhir 2020.
Kepemilikan bank sentral Indonesia, Bank Indonesia (BI) pada SBN justru berkebalikan dengan bank. BI kini menjadi pemegang terbesar SBN.
Per 14 Mei 2025, BI menggenggam SBN total Rp 1.720,6 triliun. Porsi kepemilikan BI ini mencapai 27,28% dari total SBN yang dapat ditransaksikan. Padahal pada akhir 2020, porsi kepemilikan BI hanya 11,74% dari total SBN yang dapat ditransaksikan.