Investasi industri asuransi jiwa cenderung berfluktuasi dalam delapan tahun terakhir hingga 2024. Dari delapan tahun terakhir, ada penurunan total investasi dalam tiga tahun di antara, termasuk pada tahun 2024.
Menurut data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), total investasi industri asuransi jiwa mencapai Rp 516,53 triliun pada akhir 2024. Angka ini turun 0,66% jika dibandingkan dengan akhir 2023 yang sebesar Rp 519,94 triliun.
Total investasi industri asuransi jiwa flat dengan kecenderungan turun dalam tiga tahun terakhir. Tetapi ada peningkatan 7,61% di tahun 2021 dari posisi Rp 481,66 triliun pada 2020.
Reksa Dana vs SBN
Terjadi pergeseran portofolio yang signifikan di periode 2021 hingga 2024. Pada tahun 2021, porsi terbesar portofolio investasi asuransi jiwa berada di instrumen reksa dana yang mencapai Rp 163,2 triliun.
Porsi investasi reksa dana ini turun dalam tiga tahun terakhir menjadi hanya Rp 66,08 triliun pada akhir 2024. Porsi investasi reksa dana ini turun dari peringkat pertama menjadi peringkat ketiga terbesar setelah surat berharga negara dan saham.
Sebaliknya, terjadi lonjakan penempatan pada instrumen surat berharga negara (SBN) dari Rp 102,47 triliun pada tahun 2021 menjadi Rp 196,17 triliun pada tahun 2024. Sejak tahun 2016 hingga 2024, portofolio investasi SBN oleh asuransi jiwa meningkat hampir empat kali lipat.
Saham
Porsi investasi di saham oleh industri asuransi jiwa tetap terbesar kedua dari total investasi. Tetapi nilai investasi saham juga menurun. Investasi di saham sempat meningkat dari Rp 111,58 triliun pada tahun 2016 menjadi Rp 150,80 triliun pada tahun 2022. Namun, terjadi penurunan bertahap pada tahun berikutnya, mencapai Rp 127,50 triliun pada 2024.
Meski ada penurunan, tetapi menurut data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), volume kepemilikan industri asuransi lokal justru meningkat 5,85% dari tahun 2022 ke tahun 2024. Artinya, penurunan nilai investasi asuransi di instrumen saham ini terjadi karena penurunan harga saham atau nilai asetnya.
Surat Utang Korporasi dan Sukuk Korporasi
Instrumen ini mengalami pertumbuhan stabil, dari Rp 28,79 triliun pada tahun 2016 menjadi Rp 43,13 triliun pada 2024. Kenaikan ini menandakan meningkatnya kepercayaan terhadap obligasi korporasi sebagai salah satu instrumen investasi jangka panjang.
Deposito Berjangka
Investasi dalam deposito berjangka mengalami fluktuasi. Dari Rp 40,91 triliun pada tahun 2016, terjadi penurunan hingga Rp 29,11 triliun pada tahun 2024. Ini menunjukkan pergeseran strategi dalam mencari instrumen dengan return lebih tinggi dibandingkan deposito yang cenderung lebih stabil namun kurang menguntungkan.