Pengangguran Indonesia Turun Stabil Setelah Lonjakan di Masa Pandemi
JAKARTA. Tingkat pengangguran di Indonesia menunjukkan tren membaik dalam satu dekade terakhir, meskipun sempat melonjak tajam akibat pandemi Covid-19 pada 2020. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat pengangguran terbuka (TPT) Indonesia pada Agustus 2016 tercatat sebesar 5,61%, dan menurun secara bertahap hingga mencapai 5,23% pada 2019.
Namun, pandemi Covid-19 membawa pukulan besar terhadap dunia kerja. Pada 2020, angka pengangguran melonjak tajam menjadi 7,07%, dengan jumlah pengangguran mencapai 9,77 juta orang, meningkat hampir 2,7 juta orang dibanding tahun sebelumnya. Kondisi ini menjadi salah satu dampak paling nyata dari perlambatan ekonomi selama masa pembatasan aktivitas masyarakat.
Setelah masa pandemi mereda, pasar tenaga kerja nasional mulai menunjukkan tanda pemulihan. Jumlah penduduk bekerja meningkat dari 128,45 juta orang pada 2020 menjadi sekitar 138 juta orang pada 2024 (berdasarkan tren data terakhir), sementara tingkat pengangguran terus menurun. Pada 2023, TPT turun ke kisaran 5,32%, dan terus bergerak mendekati level pra-pandemi.
Data terbaru BPS yang dirilis November 2025, jumlah pengangguran di Indonesia mencapai 7,46 juta orang menurut survei yang dilakukan pada Agustus 2025. Sedangkan jumlah orang bekerja mencapai 146,54 juta orang.
Tingkat pengangguran per Agustus 2025 mencapai 4,85%. Angka tingkat pengangguran Indonesia ini turun dalam lima tahun berturut-turut.
Penurunan ini menggunakan data tahunan per Agustus. Selain per Agustus, BPS juga melakukan survei setiap Februari tetapi dengan sampel yang lebih kecil.
Penurunan tingkat pengangguran secara tahunan ini mencerminkan pemulihan ekonomi nasional serta meningkatnya kegiatan sektor industri, perdagangan, dan jasa. Sektor informal juga berperan besar dalam menyerap tenaga kerja baru di tengah ketidakpastian pasar kerja formal.
Meski begitu, tantangan masih tersisa. Struktur tenaga kerja di Indonesia masih didominasi oleh sektor informal, dengan produktivitas yang cenderung rendah. Selain itu, ketimpangan antara daerah perkotaan dan pedesaan masih terlihat jelas — pengangguran di kota jauh lebih tinggi dibanding di desa, meski lapangan kerja di sektor pertanian terus menurun.