China masih menjadi negara produsen gandum terbesar di dunia. Menurut data Food and Agriculture Organization (FAO), estimasi produksi gandum China di tahun 2024 mencapai 140,1 juta ton.
Dominasi produksi gandum China di tahun lalu memang sangat terasa. Pasalnya, Uni Eropa yang menjadi wilayah produsen gandum terbesar kedua, justru mencatat penurunan produksi menjadi hanya 119,8 juta ton pada tahun 2024 ketimbang tahun sebelumnya di angka 133,7 juta ton.
Tetapi FAO memperkirakan bahwa produksi gandum Uni Eropa tahun ini akan meningkat pesat hingga 12,9% menjadi 135,3 juta ton. Pembalikan kembali produksi gandum di Uni Eropa terjadi karena hasil panen yang terpengaruh oleh cuaca.
India yang merupakan produsen gandum terbesar ketiga dunia mencatatkan pertumbuhan yang lebih stabil dalam tiga tahun terakhir. Produksi gandum India tahun ini diperkirakan meningkat 1,9%.
Lalu bagaimana dengan produksi gandum di Amerika Serikat (AS). Mengingatkan saja, pemerintah Indonesia saat ini sedang bernegosiasi dengan AS mengenai tarif perdagangan kedua negara.
Indonesia berniat menambah impor dari AS, terutama untuk produk energi dan pertanian. Salah satu komoditas pertanian yang hendak ditambah impornya adalah gandum.
AS menjadi negara dengan produksi gandum terbesar kelima di dunia. Produksi gandum AS tahun 2024 mencapai 53,7 juta ton.
Angka ini meningkat 9,37% jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Tetapi FAO memperkirakan bahwa produksi gandum AS tahun ini akan turun 2,6% menjadi 52,3 juta ton.
Tak cuma AS, sejumlah negara produsen gandum pun diprediksikan akan mencatat penurunan produksi pada tahun ini. Penurunan produksi disebabkan antara lain penurunan luas lahan dan kondisi cuaca.
Penurunan produksi dengan persentase double digit berpotensi terjadi di Australia, Ukraina, Pakistan, Kazakhstan, dan Iran.
Sementara kenaikan produksi double digit berpotensi terjadi di Uni Eropa dan Argentina pada tahun ini.
Harga Gandum Berpotensi Naik
FAO memperkirakan harga gandum berpotensi naik karena tingkat permintaan yang tinggi dan penurunan pasokan terutama di negara-negara eksportir besar.
Apalagi, perdagangan gandum secara global berpotensi meningkat pada tahun ini. Menurut catatan FAO, perdagangan gandum tahun 2024/2025 turun 7,8%. Tetapi ada potensi kenaikan 3,8% untuk perdagangan komoditas pertanian ini di tahun 2025/2026 menjadi 200,6 juta ton.
Meski meningkat, total perdagangan gandum secara global ini masih lebih rendah ketimbang rekor tertinggi di 209,6 juta ton yang terjadi pada tahun 2023/2024. Lonjakan perdagangan terutama terjadi di Asia yang berpotensi meningkat 16,4% menjadi 14,9 juta ton.
China Bukan Eksportir Gandum
Meski memiliki produksi terbesar, China bukan merupakan eksportir gandum karena kebutuhan domestik yang juga tinggi. China justru menjadi importir gandum terbesar kelima dunia setelah Mesir, Indonesia, Turki, dan Aljazair.
Menurut ramalan FAO, impor gandum Indonesia tahun 2025/2026 berpotensi meningkat menjadi di atas 12 juta ton dari tahun sebelumnya yang kurang dari 12 juta ton.
Rusia merupakan eksportir gandum terbesar dunia, disusul oleh Uni Eropa, Kanada, AS, dan Australia.