Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah melemah pada awal pekan ini setelah menguat dalam dua hari perdagangan beruntun. Senin (14/7), kurs rupiah di pasar spot melemah 0,20% atau Rp 32 menjadi Rp 16.250 per dolar Amerika Serikat (AS).
Sejalan, kurs rupiah Jisdor melemah 0,16% atau Rp 26 ke posisi Rp 16.247 per dolar AS.
"Rupiah bisa bertahan di atas Rp 16.000 dengan beberapa risiko kenaikan, tergantung pada arah dolar AS secara umum dalam jangka pendek," kata analis Maybank dalam catatan yang dikutip Bloomberg.
Maybank memperkirakan bahwa keputusan suku bunga Bank Indonesia pada Rabu pekan ini akan sangat ketat. Sebanyak 17 dari 30 ekonom yang disurvei Bloomberg memperkirakan bahwa BI akan mempertahankan suku bunga acuan. Sedangkan 13 analis lain memproyeksikan penurunan suku bunga sebesar 25 basis points.
Baca Juga: Rupiah Jisdor Melemah 0,16% ke Rp 16.247 per Dolar AS pada Senin (14/7)
Rupiah telah menunjukkan kinerja yang relatif baik dan dapat memberikan ruang bagi BI untuk menurunkan suku bunga acuan dari 5,5% menjadi 5,25% untuk mendukung pertumbuhan.
"Di sisi lain, ada risiko bahwa BI bisa tetap bertahan dalam kondisi yang penuh ketidakpastian," imbuh para analis Maybank.
Rupiah tak sendirian melemah terhadap dolar AS. Mayoritas mata uang Asia juga tertekan menghadapi the greenback.
Pelemahan terbesar terjadi pada peso Filipina sebesar 0,31%. Dolar Taiwan dan won Korea melemah masing-masing 0,30%.
Rupee India juga melemah 0,24%. Ringgit Malaysia tertekan 0,12%.
Dolar Singapura melemah 0,08% dan dolar Hong Kong melemah tipis 0,03%.
Tiga mata uang Asia masih mampu menguat hari ini. Yen Kepang menguat 0,10% terhadap dolar AS. Baht Thailand menguat 0,1%. Sedangkan yuan China melemah tipis terhadap dolar AS.
Baca Juga: Ekspor China Naik Jelang Tenggat Waktu Pemberlakuan Tarif Trump 1 Agustus
Indeks dolar yang mencerminkan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama dunia hari ini menguat tipis 0,06% ke 97,91.
Investor bersiap menghadapi serangkaian laporan ekonomi pekan ini yang diharapkan dapat memberikan gambaran awal tentang dampak tarif Trump.
Rencana pengenaan tarif 30% terhadap Uni Eropa dan Meksiko serta serangkaian eskalasi langkah-langkah perdagangan terhadap banyak mitra dagang AS akan menjadi sorotan.
Baca Juga: Tarif Donald Trump: Apa yang Berlaku dan Apa yang Akan Berlaku?
Sebagian besar pelaku pasar memandang langkah Trump sebagai taktik negosiasi dan memperkirakan tarif akhir akan lebih lunak. Langkah ini telah menimbulkan ketidakpastian di pasar keuangan global.
Data inflasi AS bulan Juni yang akan dirilis esok diperkirakan akan lebih tinggi karena perusahaan-perusahaan mulai menanggung kenaikan biaya barang impor.
Angka-angka ini dapat membentuk sikap wait and see Federal Reserve terhadap arah suku bunga.
Pasar saat ini masih memperkirakan adanya penurunan suku bunga total 50 basis point hingga akhir tahun. Jika inflasi meningkat, The Fed mungkin terpaksa menunda penurunan suku bunga.
Selanjutnya: Film Superman Raih US$ 122 M di Pekan Pertama, Berikut Sinopsis & Pemerannya
Menarik Dibaca: Bentuk Ekosistem Perbankan, Bank Muamalat Gandeng Jaringan Sekolah Islam Terpadu
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News