Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia Terkerek Kebijakan Moneter

16 Juli 2024 | 06:30 WIB
Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia Terkerek Kebijakan Moneter
ILUSTRASI. Utang luar negeri (ULN) pemerintah dan swasta turun pada Mei 2024 saat ULN bank sentral meningkat.

Reporter: Siti Masitoh | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Bank Indonesia (BI) mencatat, utang luar negeri (ULN) pemerintah dan swasta turun pada Mei 2024 saat ULN bank sentral meningkat. Tetapi secara total, ULN Indonesia meningkat baik secara bulanan maupun tahunan.

Posisi ULN Indonesia pada Mei 2024 tercatat sebesar US$ 407,3 miliar, meningkat 1,8% secara tahunan atau YoY dan 2,14% secara tahunan (MoM) (lihat tabel).

Asisten Gubernur Departemen Komunikasi Erwin Haryono menyampaikan, posisi ULN pemerintah pada Mei 2024 tercatat sebesar US$ 191 miliar. ULN pemerintah turun 0,8% secara tahunan setelah pada April 2024 turun 2,6% secara tahunan. Tetapi, ULN pemerintah naik 0,99% secara bulanan. 

Perkembangan ULN tersebut terutama dipengaruhi oleh peningkatan aliran masuk modal asing pada Surat Berharga Negara (SBN) internasional dan domestik, seiring dengan sentimen positif kepercayaan investor terhadap prospek perekonomian Indonesia.

“Posisi ULN pemerintah relatif aman dan terkendali mengingat hampir seluruh ULN memiliki tenor jangka panjang dengan pangsa mencapai 99,99% dari total ULN pemerintah,” tutur Erwin dalam keterangan tertulisnya, Senin (15/7).

Erwin menambahkan bahwa ULN swasta juga tetap didominasi oleh ULN jangka panjang dengan pangsa mencapai 76,1% terhadap total ULN swasta.

Peminjam Mei 2023 April 24 Mei 2024 % YoY % MoM
Pemerintah   192,56 189,09 190,97 -0,83% 0,99%
Bank Sentral   9,29 13,99 18,78 102,15% 34,24%
Swasta   198,41 195,73 197,58 -0,42% 0,95%
  Bank 33,02 32,31 32,35 -2,03% 0,12%
  IKNB 6,81 5,37 6,44 -5,43% 19,93%
  Nonkeuangan 158,58 158,05 158,8 0,14% 0,47%
Total   400,24 398,82 407,34 1,77% 2,14%
dalam US$ miliar     sumber: Bank Indonesia

Baca Juga: Dana Asing ke SRBI Mengerek ULN

Kenaikan ULN Indonesia terutama berasal dari ULN bank sentral yang tercatat sebesar US$ 18,78 miliar pada Juni 2024. ULN bank sentral naik lebih dari dua kali lipat dari periode sama tahun lalu sebesar US$ 9,26 miliar.

ULN bank sentral adalah utang yang dimiliki oleh Bank Indonesia dalam rangka mendukung neraca pembayaran dan cadangan devisa. Selain itu juga terdapat utang kepada pihak bukan penduduk yang telah menempatkan dana pada Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), dan utang dalam bentuk kas dan simpanan serta kewajiban lainnya kepada bukan penduduk.

Staf Bidang Ekonomi, Industri, dan Global Markets dari Bank Maybank Indonesia Myrdal menilai, secara umum perkembangan ULN Indonesia masih relatif terkendali karena masih tumbuh lambat dan rasionya masih rendah, yaitu 29,8% terhadap produk domestik bruto (PDB) dan mayoritas didominasi utang jangka panjang sebesar 85,9% hingga Mei 2024.

“Jadi jika terjadi lonjakan utang luar negeri oleh BI, maka kami melihat kondisi tersebut masih wajar karena merupakan konsekuensi kebijakan moneter BI,” kata Myrdal kepada Kontan.co.id, Senin (15/7).

Baca Juga: Jutawan Inggris Bisa Berkurang Seperenam, Jutawan Negara-Negara Ini Justru Bertambah

Kebijakan moneter BI, lanjutnya banyak dilakukan untuk pendalaman pasar keuangan domestik dalam rangka mendorong masuk likuiditas rupiah saat terjadi arus keluar dana asing yang deras di pasar keuangan emerging markets, sejalan dengan tren kenaikan suku bunga The Fed dalam setahun terakhir.

“Sejalan dengan sifat SRBI, SVBI, SUVBI yang berjangka pendek mudah di-rollover dan merupakan produk dengan underlying SBN/SUN, maka kami melihat risiko dari kenaikan ULN oleh BI masih relatif minim,” kata Myrdal.

Myrdal menilai wajar terkait menurunnya ULN pemerintah dan swasta, di tengah tren kenaikan biaya bunga utang global. Di tengah tren kenaikan biaya bunga utang global, Myrdal melihat pemerintah dan swasta lebih banyak mengandalkan utang dari dalam negeri.

“Kami melihat baik pemerintah maupun swasta relatif berhati-hati menahan diri untuk melakukan aksi kebijakan utang luar negeri (berdenominasi valas),” tutur Myrdal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

BERITA TERKAIT
TERBARU
loading
Close [X]