Reporter: Ridwan Nanda Mulyana, Wahyu Tri Rahmawati, Yuliana Hema | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga saham PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO) yang sebelumnya bernama PT Adaro Energy Indonesia Tbk tumbang pada hari ex-date dividen atau hari ketika investor tidak lagi bisa mendapatkan dividen jumbo di pasar reguler, Kamis (28/11).
Alamtri Resources menjadi satu-satunya emiten big cap di jajaran saham top losers hari ini. Harga saham ADRO bahkan mentok auto rejection bawah alias ARB dengan penurunan 24,80%.
Harga saham ADRO berakhir di Rp 2.760 per saham dari posisi hari sebelumnya Rp 3.670 per saham atau turun Rp 910 dalam sehari.
Penurunan harga saham ini turut menyebabkan penurunan nilai kapitalisasi pasar ADRO. Menurut data RTI, market cap ADRO susut Rp 27,99 triliun menjadi hanya Rp 84,89 triliun pada Kamis (28/11) dari posisi Rp 112,88 triliun pada Selasa (26/11).
Seperti diketahui, ADRO akan membagi tambahan dividen tunai final dengan nilai jumbo. Emiten yang juga dimiliki konglomerat Garibaldi "Boy" Thohir ini akan membagikan dividen jumbo dengan nilai hingga US$ 2,62 miliar.
Dividen tunai ADRO mencapai Rp 1.362,79 per saham.
Baca Juga: IHSG Turun 0,63% ke 7.200 Kamis (28/11), ADRO, MDKA, ESSA Top Losers LQ45
Cum dividen di pasar reguler dan pasar negosiasi telah terjadi pada 26 November 2024. Sedangkan tanggal cum dividen di pasar tunai dijadwalkan pada 29 November 2024. Tanggal pembayaran dividen ADRO akan berlangsung di 6 Desember 2024.
Seperti diketahui, tambahan dividen tunai final yang akan diberikan ADRO merupakan bagian dari rangkaian divestasi PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI). Rencana pembagian tambahan dividen tunai final agar para pemegang saham ADRO, atas pilihannya sendiri, dapat berpartisipasi dalam pembelian saham AADI.
Dalam skema Penawaran Umum oleh Pemegang Saham (PUPS), satu hari bursa setelah AADI tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI), ADRO berencana melakukan penawaran umum atas sebanyak-banyaknya 7.008.202.240 saham AADI. Adapun, pencatatan saham AADI di BEI yang dilakukan melalui Initial Public Offering (IPO) dijadwalkan berlangsung pada 5 Desember 2024.
Baca Juga: Saham Alamtri Resources (ADRO) Sentuh ARB, Turun 24,80% Saat Ex Date Dividen
Investment Analyst Stockbit Sekuritas Hendriko Gani menghitung, rasio PUPS yang berpotensi ditawarkan ke investor ialah 100:23. Artinya setiap pemegang 100 saham ADRO berpotensi mendapat 23 saham AADI.
Ada dua opsi yang bisa diambil investor ADRO, yaitu ikut berpartisipasi dalam PUPS AADI dan tidak berpartisipasi dalam IPO AADI alias hanya mencicipi dividen yang telah diberikan emiten Garibaldi "Boy" Thohir ini.
Gani menjelaskan pada opsi pertama ada tiga skenario yang diproyeksikan Stockbit. Pada skenario dasar, Stockbit memproyeksikan Price Earning (PE) AADI bisa mencapai hingga 5 kali di harga Rp 10.900 dan ADRO naik 6,6 kali di harga Rp 1.900.
"Harga saham AADI berpotensi mengalami re-rating ke level 5 kali PE, yang kami anggap sebagai level yang lebih wajar dan konservatif karena masih di bawah rata-rata lima tahun ADRO di 6,9 kali," jelas dia belum lama ini.
Baca Juga: Adaro Andalan (AADI) Pasang Harga IPO Rp 5.550, Mulai Penawaran Umum Besok (29/11)
Pada skenario bullish, re-rating valuasi AADI mencapai 5 kali dan PE ADRO bisa melonjak hingga 8,9 kali di harga Rp 2.850. Sedangkan pada skenario bearish, valuasi ADRO bisa turun hingga 3,8 kali di harga Rp 1.110.
Gani menjelaskan dalam skenario terburuknya, di mana saham ADRO divaluasi hanya menggunakan 50% kas plus 50% holding discount untuk PT Adaro Minerals Energy Tbk (ADMR), maka investor berpotensi menderita rugi 5,7%.
Dia memproyeksikan, pemegang saham ADRO yang tidak berpartisipasi dalam IPO AADI dan hanya mengambil dividen berpotensi mendapatkan imbal hasil yang lebih rendah atau bahkan mengalami kerugian ketimbang yang berpartisipasi PUPS.
"Ini karena investor yang tidak berpartisipasi dalam PUPS akan menghadapi potensi penurunan harga saham ADRO tanpa mendapatkan potensi upside dari kenaikan harga saham AADI," paparnya.
Baca Juga: Simak Jadwal Penawaran Umum Pemegang Saham Adaro Andalan (AADI) oleh Alamtri (ADRO)
Namun Gani mengingatkan, harga saham ADRO kemungkinan besar akan turun setelah spin off AADI dan pembagian dividen semakin menyusut seiring dengan berkurangnya potensi laba bersih.
Tetapi kalau harga saham ADRO setelah spin off tidak mengalami penurunan, maka ADRO berpotensi diperdagangkan pada valuasi 13,3 kali PE. Gani bilang dalam jangka panjang, valuasi ADRO akan dipengaruhi sentimen pasar.
"Dan valuasi ADRO juga dipengaruhi oleh pengembangan proyek smelter aluminium dan pembangkit listrik tenaga air, yang masing-masing diharapkan dapat beroperasi pada 2025 dan 2023," kata dia.
Baca Juga: Intip Prospek IPO MDIY dan AADI yang Punya Target Dana Jumbo
Head of Research Kiwoom Sekuritas Sukarno Alatas menilai, investor yang membeli saham AADI pada saat IPO berpeluang mendapatkan harga yang lebih murah ketimbang melalui skema PUPS karena ada potensi harga AADI naik setelah IPO.
"Tetapi kekurangannya, investor belum tentu juga mendapatkan volume yang banyak ketika mengejar target beli pada saat IPO. Sedangkan dengan skema PUPS, investor bisa memperoleh lebih banyak saham AADI," jelas dia kepada Kontan, Selasa (26/11).
Sukarno menilai prospek jangka panjang ADRO masih menarik, meskipun setelah spin off unit batubara termal ini, kinerja ADRO bakal mengalami penurunan hingga 65%.
Dalam hitungan Sukarno, dengan asumsi penurunan kinerja pasca spin off valuasi ADRO bisa menjadi 9,21 kali dari 3,26 kali dengan menggunakan harga di Rp 3.740 per saham. Angka ini sebenarnya masih menarik karena di bawah 15 kali PE.
"Terlepas dari kehilangan potensi pendapatan dari Batubara, ADRO berpeluang mendapatkan akses pendanaan yang lebih banyak atau membuat peluang investor baru untuk investasi di bisnis energi terbarukan," katanya.
Selanjutnya: Progres Dokumen C Sudah 99,86%, Cek Hasil Real Count Pilkada Sulawesi Barat di Sini
Menarik Dibaca: 7 Daftar Ikan Air Tawar yang Paling Sering Dikonsumsi Orang Indonesia dari Nila-Bawal
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News