Rupiah Menguat Tipis Saat Indeks Dolar AS Menyentuh Level Terendah Dalam 39 Bulan

12 Juni 2025 | 16:13 WIB
Rupiah Menguat Tipis Saat Indeks Dolar AS Menyentuh Level Terendah Dalam 39 Bulan
ILUSTRASI. Kamis (12/6), kurs rupiah spot ditutup pada Rp 16.243 per dolar Amerika Serikat (AS). Kurs rupiah menguat 0,1% atau Rp 18 ketimbang penutupan perdagangan kemarin di Rp 16.261 per dolar AS.

Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah kembali menguat bersama dengan hampir seluruh mata uang Asia. Kamis (12/6), kurs rupiah spot ditutup pada Rp 16.243 per dolar Amerika Serikat (AS).

Kurs rupiah menguat 0,1% atau Rp 18 ketimbang penutupan perdagangan kemarin di Rp 16.261 per dolar AS.

Kurs rupiah Jisdor pun menguat 0,17% menjadi Rp 16.237 per dolar AS. Kemarin, kurs rupiah Jisdor masih berada di Rp 16.265 per dolar AS.

Dolar Taiwan memimpin penguatan mata uang Asia pada hari ini. Dolar Taiwan menguat 1,36% terhadap dolar AS. Won Korea pun menguat 1,17% terhadap the greenback.

Berturut-turut selanjutnya adalah yen Jepang, baht Thailand, dolar Singapura, ringgit Malaysia, yuan China, peso Filipina, rupiah, dan dolar Hong Kong juga menguat terhadap dolar AS.

Sementara rupee India melemah 0,13% terhadap dolar AS hingga Kamis sore ini.

Baca Juga: Rupiah Ditutup Menguat ke Rp 16.243 Per Dolar AS Pada Hari Ini (12/6)

Dolar AS melemah setelah Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa dia akan mengenakan tarif sepihak pada puluhan mitra dagang AS dalam beberapa pekan mendatang.

Pelemahan dolar AS juga disebabkan oleh inflasi AS yang lebih rendah daripada prediksi awal.

Indeks dolar yang mencerminkan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama dunia melemah 0,44% ke 98,20 pada sore ini. Indeks dolar bahkan mencapai level terendah sejak akhir Maret 2022 atau dalam 39 bulan terakhir.

Hari ini, AS juga kan menggelar lelang obligasi negara. Lelang obligasi negara tenor 30 tahun akan memberikan ukuran baru minat investor terhadap utang jangka panjang di tengah kekhawatiran peningkatan defisit.

"Lelang obligasi pemerintah AS hari ini memicu sentimen tunggu dan lihat. Kami tahu bahwa Trump sedang mengamati lelang ini dengan seksama, jadi investor akan menunggu apakah ada reaksi dari Trump jika hasilnya tidak berjalan baik," kata Benoit Peloille, kepala investasi Natixis Wealth Management seperti dikutip Bloomberg.

Selanjutnya: Ada Liquidity Provider Saham, BEI Targetkan Nilai Transaksi Naik 11,5%

Menarik Dibaca: Didominasi Berawan, Simak Prakiraan Cuaca Besok (13/6) di Banten

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

BERITA TERKAIT
TERBARU
loading
Close [X]