Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah menguat tipis setelah melemah beberapa hari. Selasa (22/7), kurs rupiah spot menguat tipis Rp 4 atau 0,02% ke Rp 16.320 per dolar Amerika Serikat (AS).
Sejalan, kurs rupiah Jisdor hari ini juga menguat tipis. Kurs rupiah Jisdor berada di Rp 16.307 per dolar AS, menguat 0,14% ketimbang hari sebelumnya.
Analis Goldman Sachs seperti dikutip Bloomberg mengatakan bahwa obligasi negara mendapat manfaat dari prospek fiskal yang sedikit membaik dan potensi aliran masuk dana asing ke obligasi negara sebagai bagian dari peralihan yang lebih luas dari aset AS.
Rohit Garg, kepala strategi valuta asing dan nilai tukar Asia kecuali Jepang untuk Citigroup mengatakan bahwa pihaknya masih memandang netral untuk mata uang Asia hingga awal Agustus, merujuk pada batas waktu tarif Presiden AS Donald Trump.
Baca Juga: Rupiah Ditutup Menguat Tipis ke Rp 16.320 Per Dolar AS pada Hari Ini (22/7)
"Namun, kami masih memperkirakan nilai tukar USD/IDR akan lebih sedikit lebih rendah, mendekati Rp 16.000 daripada lebih tinggi," ungkap Garg seperti dikutip Bloomberg.
Rupiah hari ini menguat bersama dengan peso Filipina dan ringgit Malaysia. Nilai tukar peso menguat 0,21% terhadap dolar AS. Sedangkan ringgit menguat 0,04%.
Sementara mayoritas mata uang Asia melemah terhadap dolar AS. Won Korea mencatat pelemahan paling dalam, yakni 0,43%.
Baht Thailand tertekan 0,30%. Yen Jepang melemah 0,26%. Dolar Singapura melemah 0,14%.
Rupee India melemah 0,13%. Dolar Taiwan tertekan 0,11%.
Yuan China melemah 0,08%. Dolar Hong Kong melemah tipis 0,001%.
Baca Juga: Rupiah Spot Menguat 0,15% ke Rp 16.298 per Dolar AS pada Selasa (22/7) Siang
Indeks dolar yang mencerminkan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama dunia hari ini melemah tipis 0,01% ke 97,85.
Indeks dolar telah melemah dalam tiga hari perdagangan berturut-turut. Indeks dolar terancam tertekan menjelang Agustus 2025.
Selain tarif Trump, para pelaku pasar juga mencermati sinyal dovish dari Federal Reserve pada pertemuan bulan Juli.
"Kita bisa melihat pelemahan dolar karena kita mengalami puncak suku bunga jangka pendek dan peningkatan suku bunga jangka panjang," kata Peter Kinsella, kepala strategi mata uang asing di Union Bancaire Privee Ubp kepada Bloomberg.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
