Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah melemah di perdagangan terakhir pekan ini. Jumat (15/8), kurs rupiah di pasar spot melemah Rp 54 atau 0,34% menjadi Rp 16.169 per dolar Amerika Serikat (AS).

Dalam sepekan, kurs rupiah spot menguat 0,76% dari posisi Rp 16.293 per dolar AS pada Jumat (8/8).

Sejalan, kurs rupiah Jisdor melemah Rp 53 atau 0,33% menjadi Rp 16.162 per dolar AS. Dalam sepekan, kurs rupiah Jisdor menguat 0,84% dari Rp 16.299 per dolar AS pada akhir pekan lalu.

"Asumsi rupiah dan imbal hasil obligasi pemerintah tampak konservatif, terutama mengingat tren pelemahan dolar baru0baru ini dan perkiraan penurunan suku bunga," kata Rully Arya Wisnubroto, kepala riset Mirae Asset Sekuritas Indonesia dalam catatan yang dikutip Bloomberg.

Baca Juga: Program 3 Juta Rumah, Prabowo Bakal Bangun 770.000 Rumah dari APBN 2026

Dia memperkirakan rupiah akan berada di level Rp 15.950 per dolar AS pada akhir 2026 dengan rata-rata Rp 16.050 per dolar AS sepanjang tahun. Rully pun memperkirakan yield obligasi negara tenor 10 tahun akan berada di level 6,05% dengan asumsi suku bunga BI Rate turun menjadi 4,5% pada akhir tahun depan.

Pelemahan kurs rupiah hari ini paling tajam di antara mata uang Asia. Selain rupiah, pelemahan juga terjadi pada peso Filipina yang tertekan 0,27%.

Ringgit Malaysia melemah 0,06%. Sedangkan dolar Taiwan melemah 0,02%.

Sementara mata uang Asia lainnya justru menguat. Yen Jepang menguat 0,61% terhadap dolar AS. Baht Thailand dan dolar Singapura menguat masing-masing 0,19%.

Dolar Hong Kong menguat 0,14%. Won Korea menguat 0,1%. Terakhir, yuan China menguat 0,04%.

Baca Juga: Pemerintah Patok Asumsi Rupiah Naik jadi Rp 16.500 per Dolar AS di 2026

Indeks dolar yang mencerminkan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama dunia melemah 0,39% menjadi 97,87 pada hari ini. Indeks dolar melemah 0,31% dalam sepekan terakhir.

AS hari ini akan merilis angka penjualan ritel bulan Juli yang diprediksi kuat karena peningkatan penjualan kendaraan dan lonjakan belanja online. Tetapi konsumen diprediksi menghindari barang-barang yang dikenakan tarif.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News