Tumbang 2,27% di Sesi I, Prospek IHSG di Sesi II Hari Ini (29/8) Masih Suram

Jumat, 29 Agustus 2025 | 13:09 WIB
Tumbang 2,27% di Sesi I, Prospek IHSG di Sesi II Hari Ini (29/8) Masih Suram
ILUSTRASI. IHSG berpotensi melanjutkan pelemahan menuju level 7.750-7.725 pada perdagangan sesi II hari ini, Jumat (29/8).

Reporter: Rashif Usman, Rilanda Virasma, Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merosot 2,27% atau 180,81 poin menjadi 7771,28 pada akhir perdagangan sesi I pukul 11.30 WIB hari ini, Jumat (29/8).

Tim Riset Phintraco Sekuritas menjelaskan, secara teknikal, terdapat pelebaran negative slope pada MACD seiring dengan Stochastic RSI yang mengarah ke oversold area.

"Sehingga kami memperkirakan IHSG berpotensi melanjutkan pelemahan menuju level 7.750-7.725 pada perdagangan sesi II," ungkap Tim Riset Phintraco Sekuritas dalam catatan, Jumat (29/8/2025).

Hingga perdagangan sesi I siang ini, 10 dari 11 indeks sektoral BEI kompak turun. Sektor yang turun paling dalam ialah siklikal 4,69%, disusul infrastruktur 3,50%, barang baku 3,47%, properti 3,41%, energi 2,77%, keuangan 2,55%, teknologi 2,47%, transportasi 1,79%, kesehatan 1,76%, dan konsumen non siklikal 1,70%. Sedangkan, sektor industri menghijau dengan menguat 0,13%.

Adapun total volume transaksi bursa mencapai 33,92 miliar saham dengan nilai transaksi Rp 13,31 triliun. Sebanyak 89 saham naik, 662 turun, dan 49 flat.

Baca Juga: IHSG Tumbang 2%, BI Intervensi Rupiah yang Sempat Menembus Rp 16.500

Menurut Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta, pelemahan ini merupakan imbas dari aksi demonstrasi yang dilancarkan masyarakat Indonesia.

Kata Nafan, sentimen tersebut akan berpengaruh besar terhadap gerak IHSG hari ini. Secara tren, dia melihat IHSG tengah dalam keadaan bullish consolidation.

Namun, Nafan memperkirakan bila IHSG konsisten bergerak di bawah 7.750, maka potensi bearish consolidation phase terbuka lebar di perdagangan selanjutnya.

Baca Juga: Prabowo Malu Anggota Gerindra Terlibat Korupsi

Top gainers IHSG di sesi perdagangan I hari ini:

  • PT Bank Maspion Tbk (BMAS) naik 25%
  • PT Duta Pertiwi Tbk (DUTI) naik 24,85%
  • PT Pradiksi Gunatama Tbk (PGUN) naik 24,70%

Top losers IHSG di sesi perdagangan I hari ini:

  • PT Tira Austenite Tbk (TIRA) turun 14,76%
  • PT Wulandari Bangun Laksana Tbk (BSBK) turun 14,74%
  • PT Central Proteina Prima Tbk (CPRO) turun 14,71%

Tidak ada saham LQ45 yang menguat pada hari ini. Hanya dua saham LQ45 yang stagnan, yakni PT Indosat Tbk (ISAT) dan PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO). Sedangkan harga 43 saham LQ45 lainnya melemah.

Pada indeks sektoral, hanya sektor perindustrian yang masih menguat tipis 0,13%. Sedangkan indeks sektoral lain melemah mulai dari 1,70% hingga terbesar 4,69% pada sektor barang konsumsi nonprimer.

Penopang indeks sektor perindustrian pun adalah saham-saham dengan kapitalisasi pasar kecil yakni PT Perdana Bangun Pusaka Tbk (KONI) yang menguat 24,62%, PT Voksel Electric Tbk (VOKS) 20,63%, PT Multi Makmur Lemindo Tbk (PIPA) 18,42%, PT Island Concepts Indonesia Tbk (ICON) 10%, dan PT Intan Baru Prana Tbk (IBFN) 10%. 

Tadi pagi, ekonom PT Panin Sekuritas Tbk Felix Darmawan mengatakan pelemahan IHSG tidak bisa dilepaskan dari meningkatnya tensi politik dan sosial di dalam negeri, terutama pasca aksi demo besar di Jakarta kemarin yang sempat memicu kericuhan. 

Baca Juga: Istana Buka Suara Soal Aksi Demontrasi di DPR pada 25 dan 28 Agustus

"Sepanjang perdagangan, IHSG berpotensi tetap volatile dan cenderung bertahan di zona merah, kecuali ada sentimen positif yang mampu meredam kekhawatiran pasar," ujarnya.

Tak cuma pasar saham, nilai tukar rupiah terjun bebas Rp 120 atau 0,73% menjadi Rp 16.473 per dolar Amerika Serikat (AS). 

Rupiah berkinerja terburuk di pasar keuangan Asia. Bank Indonesia (BI) menggelar intervensi di pasar untuk menyokong rupiah. 

Direktur Eksekutif Pengelolaan Moneter dan Aset Berharga Bank Indonesia Erwin Gunawan Hutape mengatakan kepada Bloomberg bahwa BI akan tetap hadir di pasar dan melakukan stabilisasi nilai tukar dengan melakukan intervensi pada valuta asing spot, obligasi, NDF domestik, dan luar negeri.

"Rupiah, saham, dan obligasi semua mengalami tekanan karena investor menilai kembali risiko meningkatnya ketidakpastian kebijakan dan kerusuhan sosial," kata Shier Lee Lim, kepada strategi mata uang dan makro di Convera Singapura seperti dikutip Bloomberg.

Selanjutnya: IHSG Diproyeksi Lanjut Melemah Usai Anjlok 2,27% di Sesi Pertama Hari Ini (29/8)

Menarik Dibaca: Rantis Brimob Lindas Pengemudi Ojol hingga Tewas saat Demo

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

BERITA TERKAIT
TERBARU
loading
Close [X]