Reporter: Nadya Zahira | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah di pasar spot menguat menguat 0,15% ke posisi Rp 16.371 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu (3/7). Berkebalikan, kurs rupiah Jisdor Bank Indonesia (BI) justru melemah 0,02% ke level Rp 16.387 per dolar AS, pada Rabu (3/7).
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, rupiah menguat terbatas pada perdagangan Rabu (3/7) menjelang libur AS dan rilis data ADP Employment Change.
Menurut Josua, penguatan rupiah ini cenderung disebabkan oleh atraktifnya aset rupiah di kawasan Asia, seiring dengan perlambatan inflasi domestik. Josua memperkirakan, pergerakan rupiah pada Kamis (4/7) akan cenderung terbatas dalam kisaran yang sempit, akibat libur hari kemerdekaan AS.
Josua memproyeksi rupiah akan bergerak di kisaran Rp 16.350 per dolar AS-Rp 16.425 per dolar AS pada perdagangan Kamis (4/7).
Baca Juga: Terdampak Deflasi, Emiten Ritel Diproyeksikan Tetap Merekah di Kuartal IV 2024
Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, sentimen dari luar negeri yang membuat rupiah menguat datang dari Ketua Federal Reserve Jerome Powell yang memberikan komentar dovish. artinya menunjukkan bahwa bank sentral AS kemungkinan besar akan memulai siklus pelonggaran pada akhir tahun ini.
Kemudian, Ibrahim menuturkan, menyusul laporan JOLTS dan komentar Powell, suku bunga berjangka AS memperkirakan peluang penurunan suku bunga sebesar 69% pada bulan September, naik dari sekitar 63% pada hari Senin, menurut perhitungan LSEG.
"Pasar juga memperkirakan satu atau dua kali penurunan suku bunga pada tahun 2024 ini,” ujar Ibrahim dalam riset harian, Rabu (3/7).
Sementara sentimen dari dalam negeri, datang dari Kementerian Keuangan (Kemenkeu) yang mencatat posisi utang pemerintah mencapai Rp 8.353,02 triliun pada Mei 2024. Jumlah utang itu naik sebesar Rp 14,59 triliun dibandingkan posisi bulan sebelumnya yang senilai Rp 8.338,43 triliun.
Baca Juga: Mata Uang Jepang dan Australia, Pilihan Menarik Investasi Valas di Semester II-2024
Lebih lanjut, Ibrahim menjelaskan, berdasarkan instrumen, utang pemerintah terdiri dari dua jenis, yakni berupa surat berharga negara (SBN) dan pinjaman.
Adapun mayoritas utang pemerintah per Januari 2024 masih didominasi oleh instrumen SBN, yakni 87,96% dan sisanya pinjaman 12,04%.
Ibrahim memprediksi bahwa mata uang garuda akan bergerak fluktuatif tetapi ditutup menguat di rentang Rp 16.320 per dolar AS-Rp 16.440 per dolar AS pada Kamis (4/7).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News