Dolar AS Menguat, Rupiah Bergerak Tipis pada Selasa (3/6)

03 Juni 2025 | 22:51 WIB
Dolar AS Menguat, Rupiah Bergerak Tipis pada Selasa (3/6)
ILUSTRASI. Di pasar spot, rupiah justru ditutup melemah ke level Rp 16.309 per dolar AS, turun 0,34% dibanding hari sebelumnya di Rp 16.253.

Reporter: Herlina KD, Lydia Tesaloni | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah berdasarkan kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) dari Bank Indonesia pada Selasa (3/6) berada di level Rp 16.288 per dolar AS. Ini berarti menguat tipis 0,05% dibanding hari sebelumnya yang tercatat Rp 16.297 per dolar AS.

Namun, pergerakan rupiah di pasar spot berbeda arah. Di pasar spot, rupiah justru ditutup melemah ke level Rp 16.309 per dolar AS, turun 0,34% dibanding hari sebelumnya di Rp 16.253.

Di kawasan Asia, mata uang yen Jepang mengalami pelemahan paling besar, turun 0,81% terhadap dolar AS. Setelah yen, mata uang baht Thailand turun 0,35%, dan rupiah juga ikut melemah.

Mata uang lainnya yang ikut melemah adalah dolar Singapura (turun 0,31%), rupee India (0,24%), dolar Taiwan (0,14%), serta peso Filipina dan dolar Hong Kong yang masing-masing melemah 0,04%.

Baca Juga: Pesanan Pabrik AS Anjlok 3,7% di April, Sinyal Lesunya Investasi Bisnis

Sementara itu, beberapa mata uang justru menguat. Yuan offshore naik 0,31%, yuan China menguat 0,15%, ringgit Malaysia naik 0,27%, dan won Korea Selatan naik 0,06%.

Di sisi lain, nilai indeks dolar AS — yang mengukur kekuatan dolar terhadap mata uang utama dunia — mulai menguat lagi. Setelah sempat melemah ke 98,71 di awal pekan, indeks ini naik menjadi 99,23 pada Selasa malam (3 Juni).

Menurut Ekonom Bank Danamon Indonesia, Hosianna Evalita Situmorang, rupiah memang masih cenderung melemah. Salah satu penyebabnya adalah sentimen negatif dari memanasnya kembali perang dagang antara AS dan China.

“Selain itu, saat ini banyak perusahaan membayar dividen kepada investor luar negeri, yang menyebabkan aliran dana keluar dari dalam negeri,” kata Hosianna kepada Kontan.

Baca Juga: Mayoritas Mata Uang Asia Melemah, Yen dan Bath Curi Perhatian

Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, juga mengatakan pelemahan rupiah disebabkan oleh data ekonomi global, terutama dari China, yang tidak sesuai harapan.

Indeks manufaktur Caixin/S\&P di China turun ke level kontraksi 48,3 pada Mei, dari sebelumnya 50,4 di bulan April. Ini adalah level terendah sejak September 2022, atau dalam empat tahun terakhir.

“Angka ini menunjukkan adanya perlambatan ekonomi di China, dan menimbulkan kekhawatiran terhadap pertumbuhan ekonomi Asia secara keseluruhan,” jelas Josua.

Meski begitu, Josua memprediksi rupiah bisa sedikit menguat pada Rabu (4/6), jika data lowongan kerja di AS menurun. Data itu bisa membuat dolar AS melemah, sehingga rupiah berpeluang menguat. Ia memperkirakan rupiah akan bergerak di kisaran Rp 16.225 per dolar AS–Rp 16.325 per dolar AS.

Sementara itu, Hosianna memperkirakan rupiah masih akan tertekan, dan akan bergerak di kisaran Rp 16.250 per dolar AS–Rp 16.315 per dolar AS pada perdagangan Rabu (4/6).

Selanjutnya: Pesanan Pabrik AS Anjlok 3,7% di April, Sinyal Lesunya Investasi Bisnis

Menarik Dibaca: 7 Ide Desain Furnitur Ruang Tamu yang Jenius untuk Rumah Minimalis Modern

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

BERITA TERKAIT
TERBARU
loading
Close [X]