Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah menguat di awal pekan ini setelah tertekan dalam enam hari perdagangan berturut-turut. Senin (25/8), kurs rupiah di pasar spot menguat Rp 92 atau 0,56% menjadi Rp 16.259 per dolar Amerika Serikat (AS).
Sejalan, kurs rupiah Jisdor hari ini juga menguat. Kurs rupiah Jisdor menguat Rp 85 atau 0,52% menjadi Rp 16.255 per dolar AS.
Penguatan nilai tukar rupiah ini sejalan dengan pergerakan mayoritas mata uang Asia. Rupiah menjadi mata uang dengan persentase penguatan terbesar.
Penguatan juga terjadi pada ringgit Malaysia sebesar 0,46% dan dolar Taiwan sebesar 0,41%. Peso Filipina menguat 0,39%.
Yuan China menguat 0,15% terhadap the greenback. Sedangkan dolar Hong Kong menguat 0,05% terhadap dolar AS.
Baca Juga: Kompak, Rupiah Jisdor Menguat 0,52% ke Rp 16.255 per Dolar AS pada Senin (25/8/2025)
Masih ada beberapa mata uang Asia yang melemah pada hari ini. Yen Jepang melemah 0,30% terhadap dolar AS. Won Korea melemah 0,27%. Dolar Singapura melemah 0,15%.
Sedangkan baht Thailand melemah 0,11%. Rupee India melemah tipis 0,06% terhadap dolar AS.
Indeks dolar yang mencerminkan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama dunia menguat 0,28% menjadi 97,99 pada awal pekan ini. Indeks dolar bangkit setelah tumbang 0,92% di perdagangan terakhir pekan lalu.
Dolar menguat terhadap sebagian besar mata uang G10, rebound dari penurunan sebelumnya. Dolar AS tumbang pekan lalu setelah Gubernur Federal Reserve Jerome Powell menyampaikan sinyal terkait bahwa dia siap mengakhiri suku bunga stagnan yang berlangsung dalam delapan bulan terakhir.
Baca Juga: Rupiah Spot Menguat 0,57% ke Rp 16.259 per Dolar AS pada Perdagangan Senin (25/8)
Traders yang berbasis di Eropa mengatakan bahwa hedge fund mengambil keuntungan dari short dolar AS selama sesi perdagangan Asia. Sementara permintaan dolar dari korporasi masih meningkat menjelang akhir bulan.
"Pelemahan dolar akan mengangkat mata uang Asia untuk sementara waktu, mengingat Powell mengisyaratkan penurunan suku bunga pada bulan September," ungkap Priyanka Kishore, kepala ekonom Asia Decoded seperti dikutip Bloomberg.
Namun, reli penguatan mata uang Asia kemungkinan hanya bertahan sementara kecuali The Fed berkomitmen untuk melakukan siklus pelonggaran moneter lebih dalam.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
