Reporter: Siti Masitoh | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Meski mencatat suplus dalam 50 bulan terakhir, surplus neraca dagang Indonesia makin menciut dari bulan ke bulan. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, neraca perdagangan barang Indonesia mencatatkan surplus US$ 2,39 miliar pada Juni 2024.
Surplus neraca dagang ini turun US$ 0,54 miliar bila dibandingkan bulan Mei 2024 yang sebesar US$ 2,92 miliar. Secara tahunan surplus neraca dagang bulan Juni 2024 turun US$ 1,06 miliar jika dibandingkan dengan Juni 2023 yang mencapai US$ 3,45 miliar.
Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan, neraca perdagangan Indonesia telah mencatatkan surplus selama 50 bulan berturut-turut sejak Mei 2020.
Adapun surplus neraca perdagangan Juni 2024 ditopang oleh komoditas nonminyak dan gas (migas) yakni sebesar US$ 4,43 miliar. Komoditas yang memberikan sumbangan surplus adalah bahan bakar mineral (HS 27), lemak dan minyak hewan nabati (HS 15), besi dan baja (HS 72) dan beberapa komoditas lainnya.
Surplus neraca perdagangan non migas Juni 2024 sebesar US$ 4,43 miliar lebih tinggi bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang sebesar US$ 4,25 miliar, maupun bulan yang sama tahun lalu yang sebesar US$ 4,41 miliar.
"Tiongkok masih menjadi negara utama asal impor non migas Indonesia dengan kontribusi mencapai 35,20% terhadap total impor non migas Indonesia sedikit lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 36,34%," ujar Amalia, Senin (15/7).
Baca Juga: Surplus Neraca Dagang Terus Menyusut, Defisit Transaksi Berjalan Diproyeksi Melebar
Pada saat yang sama, neraca perdagangan dari komoditas migas tercatat defisit US$ 2,04 miliar. Komoditas penyumbang defisit berasal dari hasil minyak dan minyak mentah.
Defisit neraca perdagangan migas bulan Juni 2024 lebih dalam dibandingkan dengan bulan sebelumnya yakni sebesar US$ 1,33 miliar, maupun dibandingkan dengan bulan sama tahun lalu sebesar US$ 0,96 miliar.
Lebih lanjut, neraca perdagangan Indonesia pada Juni 2024 masih surplus karena nilai ekspor yang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai impor.
Nilai ekspor Indonesia tercatat sebesar US$ 20,84 miliar, atau turun 6,65% secara bulanan. Sedangkan nilai impor Indonesia tercatat sebesar US$ 18,45 miliar, atau turun 4,89% bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News