Deflasi 0,18% pada Juli 2024, Paling Dalam Sejak November 2022

01 Agustus 2024 | 15:48 WIB
Deflasi 0,18% pada Juli 2024, Paling Dalam Sejak November 2022
ILUSTRASI. Tingkat inflasi tahunan pada Juli 2024 mencapai 2,13%, atau turun dari inflasi tahunan di Juni 2024 sebesar 2,51%.

Reporter: Siti Masitoh | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan terjadi deflasi sebesar 0,18% secara bulanan atau month to month (MtM) pada Juli 2024. Deflasi ini terjadi dalam tiga bulan berturut-turut sejak Mei 2024.

Tingkat inflasi tahunan atau year on year (YoY) pada Juli 2024 mencapai 2,13%, atau juga melandai dari inflasi tahunan di Juni 2024 sebesar 2,51%.

Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti mengungkapkan, deflasi Juli 2024 ini lebih dalam bila dibandingkan Juni 2024 yakni sebesar 0,08% MtM. Indeks Harga Konsumen (IHK) turun menjadi 106,09 pada Juli dari 106,28 pada bulan Juni 2024.

Penyumbang deflasi

Dia menambahkan, penyumbang deflasi terdalam pada Juli 2024 adalah makanan, minuman, dan tembakau dengan deflasi sebesar 0,97%, dan memberikan andil deflasi sebesar 0,28%. Kelompok tersebut sebenarnya sudah mengalami deflasi sejak April lalu.

“Sementara itu, secara bulanan komoditas utama yang menjadi penyumbang deflasi terdalam pada Juli 2024 yakni bawang merah menyumbang andil deflasi 0,11%,” tutur Amalia dalam konferensi pers, Kamis (1/8).

Kemudian komoditas penyumbang deflasi lainnya yakni cabai merah sebesar 0,09%, tomat sebesar 0,07%, daging ayam ras sebesar 0,04%, bawang putih sebesar 0,02%, dan telur ayam ras, kol putih/kubis, serai hijau, kacang panjang, ketimun, jeruk, dan buncis masing-masing menyumbang andil deflasi sebesar 0,01%.

Sementara itu, komoditas yang mengalami deflasi secara bulanan paling dalam yakni bawang merah sebesar 19,46%, cabai merah sebesar 19,12%, tomat mengalami deflasi sebesar 27,55%, dan daging ayam ras sebesar 2,26%.

“Di antara komoditas itu, tomat mengalami deflasi sepanjang 2022, sampai dengan 2024,” ungkapnya. 

Baca Juga: Tahun Ajaran baru, Kelompok Pendidikan Mengalami Inflasi 0,69% pada Juli 2024

Indeks Harga Konsumen Juli 2024

Penyumbang inflasi

 

Sementara itu, komponen inti mengalami inflasi sebesar 0,18%, dan memberikan andil inflasi sebesar 0,12%.  Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi pada komponen inti adalah emas perhiasan, kopi bubuk, biaya sekolah dasar, biaya sekolah menengah pertama, dan biaya sekolah menengah atas.

Kemudian, komponen harga diatur pemerintah juga mengalami inflasi sebesar 0,11% dengan andil inflasi sebesar 0,02%. Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi adalah sigaret kretek mesin (SKM), dan sigaret kretek tangan (SKM).

“Catatan lainnya, kelompok pendidikan juga memberikan andil inflasi  terbesar yaitu 0,04%, atau mengalami inflasi sebesar 0,69%,” kata Amalia.

Data historis memperlihatkan bahwa permulaan tahun ajaran baru sering menjadi pendorong inflasi dalam kelompok ini. Misalnya saja pada Juli 2020 terjadi inflasi pada kelompok pendidikan sebesar 0,16%, pada Juli 2021 sebesar 0,18%, pada Juli 2022 mencapai 0,34%, dan pada Juli 2023 sebesar 0,66%.

Adapun komoditas penyumbang inflasi dalam kelompok pendidikan adalah biaya sekolah dasar sebesar 1,19% atau meningkat dari bulan sebelumnya sebesar 1,05%. Biaya sekolah menengah pertama mengalami inflasi sebesar 1,06% namun turun dari bulan sebelumnya sebesar 1,20%, dan biaya sekolah menengah atas mengalami inflasi sebesar 0,17% atau turun dari bulan sebelumnya sebesar 1,07%.

“Masing-masing kelompok tersebut menyumbang andil inflasi sebesar 0,01%,” kata Amalia. Berdasarkan data historis, kelompok pendidikan ini berpotensi memberikan andil inflasi dalam dua bulan ke depan.

Baca Juga: Produksi Berkurang, Komoditas Beras Catat Inflasi 0,94% pada Juli 2024

Inflasi beras

Terjadi kenaikan harga gabah di tingkat petani dan harga beras di penggilingan, grosir, dan eceran pada Juli 2024. “Saat kita selesai dengan masa panen, artinya jumlah pasokan beras di pasar mulai turun ini yang kemudian mendorong  terjadinya (kenaikan) harga beras,” terang Amalia.

Harga gabah kering panen (GKP) naik sebesar 5,28% MtM atau menjadi Rp 6.497 per kilogram dari bulan sebelumnya Rp 6.171 per kilogram.

Harga gabah kering giling (GKG) naik sebesar 4,49% MtM atau mencapai Rp 7.167 per kilogram dari bulan sebelumnya Rp 6.859 per kilogram, dan sebesar 12,19% YoY.  

Harga beras di tingkat penggilingan pada Juli 2024 naik sebesar 2,22% MtM atau sebesar Rp 12.816 per kilogram naik dari bulan sebelumnya Rp 12.537 per kilogram, dan naik sebesar 14,15% YoY.

Harga beras di tingkat grosir meningkat 1,03% MtM atau Rp 13.572 per kilogram dari bulan sebelumnya sebesar Rp 14.434 per kilogram, dan naik 11,77% YoY. Terakhir, harga beras di tingkat eceran meningkat 0,94% MtM atau Rp 14.677 per kilogram dari bulan sebelumnya Rp 14.547 per kilogram, dan naik 12,65% YoY.

Harga ini merupakan rata-rata harga beras yang mencakup berbagai jenis kualitas beras dan juga mencakup, rerata harga beras di seluruh wilayah Indonesia.

Baca Juga: BPS: Terjadi Deflasi 0,18% pada Juni 2024

Inflasi hanya di enam provinsi

BPS melaporkan, dari seluruh provinsi di Indonesia sebanyak 32 provinsi mengalami deflasi secara bulanan dan enam provinsi lainnya mengalami inflasi.

Amalia menyampaikan, deflasi terdalam terjadi di provinsi Sumatra Barat sebesar 1,07% MtM. “Sementara itu, inflasi tertinggi terjadi di Papua Barat Daya sebesar 0,25% MtM,” tutur Amalia dalam konferensi pers, Kamis (1/8).

Adapun lima wilayah lainnya yang mengalami inflasi adalah Papua Barat sebesar 0,13% MtM, Papua Tengah sebesar 0,12% MtM, Bali sebesar 0,10% MtM, Jawa Barat 0,06% MtM, dan Jawa Timur 0,04% MtM.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

BERITA TERKAIT
TERBARU
loading
Close [X]